Recent News

Senin, 21 Februari 2011

Nurdinisasi Garuda di Dadaku


Indonesia, negara yang termasuk dengan peng-gila sepak bola terbesar di dunia ini hampir tidak pernah mengecap juara dari berbagai kompetisi yang diselenggarakan internasional. PSSI yang menaungi dunia persepakbolaan di Indonesia ini terus – terusan di rongrong oleh segenap peng-gila sepak bola. Lembaga dengan pemimpin Nurdin Halid cs ini di isukan telah memporak-porandakan impian para ratusan juta peng-gila bola Indonesia. Dari kepentingan politik, ketidakjelasannya aturan hingga monarki pengambilan keputusan menjadi penyebabnya, sekaligus bukti kecacatan dari tubuh PSSI.

Kepentingan politik ini berdasarkan klaim Nurdin Halid tentang keberhasilan Indonesia menembus partai final Piala AFF 2010. Nurdin mengatakan, Partai Golkar adalah partai karya sehingga setiap kader Golkar harus memberi kontribusi terbaik bagi tanah air di manapun mereka berada. “Termasuk saya sebagai kader Golkar berbuat untuk PSSI,” tegasnya. Penegasan Nurdin tersebut disampaikan di depan ratusan kader dan simpatisan Partai Golkar Sulawesi Tengah yang menghadiri deklarasi pasangan Aminuddin Ponulele - Luciana Baculu, calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulteng, di Gedung Olahraga Siranindi Palu, Selasa (18/1).

Kemudian, ketidakjelasannya aturan yang dibuat PSSI juga bisa dilihat dari buruknya pengelolaan manajemen pemain asing. “Di satu sisi, kata Alief PSSI, juga harus berbenah menuju industri sepakbola yang modern dengan memprioritaskan sistem yang baik, termasuk manajemen pemain asing yang tidak terbuka soal besaran pajak pemain asing dan nilai kontraknya” Ujar Alief Sjachviar Sekjen LPON(suarapembaharuan.com).

Isu yang masih memanasi dunia persepakbolaan Indonesia adalah tentang penyelewengan PSSI dalam pengambilan keputusan ketidak ikutsertaanya pemain nasional yang bermain di pentas LPI. Ini adalah beberapa pemain yang dicoret oleh PSSI : Lucky Wahyu, Andik Firmansyah (Persebaya 1927), Novan Setyo Songko (Persibo Bojonegoro), Fandy Edy, Dajusman Trisadi, Rachmat (PSM Makassar), Reza Mustofa Ardiansya dan Joko Ribowo , Kim Jeffrey Kurniawan, Irfan Bachdim (Persema Malang).

Dari pemaparan fakta-fakta pendukung di atas tentang usaha Nurdincs membuat PSSI sebagai ‘kerajaan’ bagi mereka sudah semakin jelas. Tak pelak dari kepentingan politik yang menunggangi PSSI sampai semrawutnya aturan serta ‘monarki’ pengambilan keputusan terus menggerogoti kecitraan Sang Garuda. Kebanggaan ‘Garuda di Dadaku’ dalam PSSI sudah terintegrasi dalam usaha membuat Nurdincs-isasi PSSI. Pemerintah, diharapkan bisa ambil alih permasalahan yang sedang dialami dalam tubuh PSSI. Karena, dengan begitu sistem kepengurusan serta peraturannya bisa diperbaiki secara sempurna. Setelah semuanya kembali berjalan seperti semula, PSSI bisa dikembalikan ke statusnya kembali. Atau, PSSI harus diawasi secara ketat oleh pemerintah segala tindak-tanduknya.

Bang Nurdin, apakah Sang ‘Garuda di Dadaku’ ingin terus kau tunggangi politik ? Bang Nurdin, apakah Sang ‘Garuda di Dadaku’ ingin terus kau acak-acak ? Bang Nurdin, apakah Sang ‘Garuda di Dadaku’ ingin terus kau buat ‘monarki’ ? Pak SBY, masihkah Anda duduk nyaman di atas bangku VVIP GBK di dalam masalah kusut yang melanda Sang ‘Garuda di Dadaku’?

[NewTown260111]

0 comments:

Posting Komentar

Open Panel

Label

Blogroll

Labels