Recent News

Minggu, 02 Oktober 2011

Rok Mini = Unidentified

Rok Mini = Unidentified



According to Mills, individuals need to understand that their values and behaviors do not occur in a vacuum; rather, these values and behaviors are situated and consequently influenced by their particular time and place. Secara garis besar, individu harus memahami nilai-nilai dan kebiasaan yang mereka miliki. Nilai-nilai dan kebiasaan ini terbentuk karena adanya pengaruh dari luar.

Jika dikaitkan dengan kasus pemerkosaan yang sedang marak terjadi di angkutan umum saat ini, mempunyai pengaruh kuat dengan apa yang dikatakan Mills di atas. Nilai – nilai yang ditanamkan dalam kehidupan sehari – hari mereka (re: pelaku) mungkin saja tidak berorientasi pada perilaku positif, sehingga hal itu mengantarkan mereka kepada perilaku negatif. Di sisi lain, mereka (re: korban) mungkin saja juga belum menanamkan nilai-nilai yang berorientasi pada perilaku positif, sehingga memungkinkan terjadinya tindak kejahatan, dalam hal ini pemerkosaan.

Sudut Pandang Pelaku

Apabila kita menganalisa kejadian ini dari sudut pandang pelaku, kita bisa mendapatkan dua kemungkinan. Apakah pelaku sudah merencanakan atau berorientasi langsung terhadap situasi pada saat itu. Dua kemungkinan ini memberikan kita kesempatan untuk ikut andil dalam berpandangan atau imajinasi sosiologis.

Jika pelaku merencanakan pemerkosaan tersebut, maka kita dapat mendefinisikan bahwasanya korban adalah objek terencana dari pelaku, dan hal – hal lain dalam artian apa yang dipakai korban saat itu bukanlah menjadi alasan kuat mengapa pemerkosaan itu terjadi. Pernyataan ini memperkuat bahwa rok mini bukan penyebab terjadinya suatu tindakan kejahatan, melainkan niat buruk dari si pelaku adalah poin penting penyebab tindakan pemerkosaan di angkutan umum.

Di sisi lain, jika pelaku tidak merencanakan tindakan pemerkosaan, melainkan berorientasi langsung pada situasi dan kondisi saat itu, maka dapat diidentifikasi bahwa ada penyebab dari luar yang mengarah pada tindakan pemerkosaan di angkutan umum. Korban dinilai menjadi suitable target pada situasi dan kondisi saat itu. Karena pada saat itu, apa yang dipakai korban, termasuk rok mini, merupakan pemicu kuat terjadinya pemerkosaan. Dalam hal ini, pelaku tidak dalam keadaan apakah ia telah memikirkan tindakan ini, tapi lebih kepada apa yang dilihat saat itu, termasuk kondisi, menjadi pertimbangan ia melakukan pemerkosaan di angkutan umum.

Sudut Pandang Korban

Antara korban dan pelaku kejahatan memiliki hubungan yang erat. Jika dari perspektif korban, pelaku kejahatan merupakan produk dari kejahatan itu sendiri. Sehingga, pelaku dinilai memiliki andil besar dari kejahatan dibanding korban. Ada dua analisis mengenai korban dengan pemerkosaan, korban sebagai pemicu pemerkosaan atau korban sebagai objek.

Pemicu pemerkosaan bisa di dasari dari korban sendiri. Hal ini memberikan kita beberapa persoalan tentang apakah korban benar – benar menjadi pihak yang dirugikan atau korban merupakan pihak pertama yang menjadi pemicu pemerkosaan. Dalam viktimologi (ilmu tentang korban) Fattah (1967) biasa menyebutnya sebagai provocative victims. Pernyataan ini didasari oleh perilaku – perilaku dari korban yang tidak menunjukan tindakan sewajarnya, seperti memancing terjadinya suatu tindakan kejahatan. Berpakaian minim, dalam arti rok mini, adalah hal yang dianggap perilaku tidak sewajarnya. Terlebih lagi, kita hidup di daerah yang menjunjung tinggi etika berpakaian dan kesopanan. Maka, menjadi tidak wajar jika ada yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku. Sehingga, munculah sebuah kemungkinan dari pelaku untuk memperkosa korban.

Objek dari pelaku kejahatan merupakan definisi korban jika kita mengkaitkan hal ini pada persoalan pelaku sebagai poin penting dari kejahatan. Tidak bisa dihindari, jika korban sudah menjadi objek dari pelaku, karena pelaku akan melakukan berbagai cara untuk melaksanakan tindak kejahatan, dalam hal ini memperkosa. Hal – hal dari luar yang memungkinkan menjadi penyebab pemerkosaan menjadi hal yang tidak penting untuk dijadikan alasan kuat. Karena pada dasarnya, korban sudah dinilai sebagai objek oleh pelaku pemerkosaan.

Pada akhirnya, kasus pemerkosaan karena rok mini jika dilihat melalui sociological imagination memberikan kita beberapa pandangan tentang pemerkosaan dari berbagai sisi. Pandangan ini mengantarkan kita untuk berpikir luas dalam mengidentifikasi kasus – kasus. Berpikir, tidak hanya dari satu kasus melainkan kasus – kasus yang sama tapi dengan penyebab peristiwa yang berbeda.


Pengantar Ilmu Sosiologi

Kahfi Dirga Cahya - Kriminologi

loviandi - Ilmu Politik

0 comments:

Posting Komentar

Open Panel

Label

Blogroll

Labels