oleh
Kahfi Dirga Cahya, 1106084280
Manusia diciptakan Allah SWT dalam kejadian yang memiliki
struktur sebaik-baiknya. Manusia merupakan ciptaan Allah SWT yang paling
sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah yang lainnya, karena manusia
dibekali akal, hati dan jasmani. Sehingga menjadikan manusia sebagai makhluk
Allah yang paling tinggi derajatnya diantara makhluk-makhluk lain di alam raya
ini. Berbekal akal pikiran tersebut, manusia mampu melaksanakan perintah Allah
sebagaimana digariskan dalam agama. Dan mampu menjauhi segala larangannya. Juga
mampu menciptakan ilmu dan teknologi.
Nabi pernah bersabda akal pikiran itu menyinari hati manusia
yang dapat membedakan antara hal-hal yang bathil dan yang haq.
Sehingga Iman seseorang belum memperoleh kesempurnaan dari agamanya sebelum
menjadikan akal pikirannya sempurna. Sabda Nabi tersebut adalah;
Artinya:
“Akal adalah cahaya yang bersinar di dalam hati yang dengannya ia dapat
membedakan hal-hal yang benar dan hal-hal yang batil”
Seorang ahli pikirn bernama Einstein pernah mengingatkan
kepada kita bahwa “Science without religion is blind, religion without
science is lame” artinya Ilmu tanpa agama akan buta, Agama tanpa ilmu akan
lumpuh. Hasil kajian Einstein tersebut sangat jelas maknanya bagi umat
beragama, bahwa agama merupakan pelita yang menerangi alam pikir, sedangkan
ilmu merupakan pilar yang memberikan dukungan penyangga atau kekuatan.
Ilmu pengetahuan berkembang sejalan dengan proses kehidupan
manusia yang terus berlangsung. Proses kehidupan manusia berjalan diatas
nilai-nilai baik-buruk, benar-salah, halal-haram, dan sebagainya yang hasilnya
akan dirasakan di alam akhirat kelak. Untuk mengetahi, mana nilai yang benar
atau sesat, yang haq atau bathil, halal atau haram, yang
membahagiakan atau yang menderitakan, manusia dianugerahi akal kecerdasan
sebagai alat utama untuk menganalisis dan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
Islam dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Agama Islam bersumber dari wahyu Allah SWT sehingga
memberikan dasar-dasar pedoman yang obyektif yang berlaku umum (universal)
bagi seluruh umat manusia di muka bumi, sedangkan ilmu pengetahuan bersumber
dari pikiran manusia yang disusun berdasarkan hasil penyelidikan alam. Ilmu
pengetahuan bertujuan mencari kebenaran ilmiah yaitu kebenaran yang sesuai
dengan kaidah-kaidah ilmiah.
Menurut ukuran nilai-nilainya bersifat transcendental. Artinya
nilai-nilainya tidak hanya diukur menurut tuntutan hidup manusia di dunia
semata, melainkan juga tuntutan hidup setelah mati. Antara nilai-nilai untuk
kehidupan manusia sebagai hamba Allah dengan nilai-nilai di alam akhirat.
Dengan demikian, jangkauan nilai-nilai agama itu jauh hingga mencapai kehidupan
di alam abadi. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa apabila kita melaksanakan
perintah dan menjauhi larangan Tuhan, seperti telah ditetapkan dalam kitab
suci-Nya, maka berarti kita merealisasikan ketentuan nilai-nilai hidup selaku
hamba Allah. Dengan demikian, Allah akan memberikan balasan pahala yang
mengandung nilai-nilai kebahagiaan di alam akhirat nanti.
Islam bukan hanya terbuka terhadap pembaharuan yang
dilakukan ilmu pengetahuan, melainkan juga mendorong dicapainya kemajuan bidang
tersebut. Dorongan ke arah penguasaan ilmu pengetahuan dapat dilihat dengan
banyaknya firman Allah SWT yang menganjurkan manusia untuk memahami alam. Alam
adalah ciptaan Allah yang menjadi obyek ilmu pengetahuan. Misal dapat kita
lihat pada firman Allah dibawah ini;
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih
bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu
dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di
bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran
Allah) bagi kaum yang memikirkan” (Qs. Al- Baqarah:164).
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan
langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya
pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
mengetahui. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu
malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
mendengarkan” (Qs. Ar- Rum:22-23).
Islam dengan kitab suci Al-Qur’an mendorong umat manusia berpikir
dan menyelidiki rahasia kebesaran Tuhan melalui sekitar 300 buah ayat
kalimat-kalimat-Nya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ajaran agama
demikian itu tidak lain adalah suatu agama untuk berilmu. Ilmu yang mendorong
Islam adalah ilmu pengetahuan duniawi dan ukhrawi yang saat sekarang telah
dijabarkan menjadi berbagai jenis ilmu pengetahuan seperti ilmu-ilmu yang
termasuk kelompok sosial dan ilmu-ilmu natural (alam). Sedangkan yang dijadikan
objek penelitian dan pengembangan ilmu-ilmu tersebut adalah diri manusia
sendiri, baik orang perorangan maupun kelompok, serta kenyataan alam semesta
yang penuh rahasia kebesaran Tuhan.
Sesungguhnya Islam bukan sebagai agama untuk akhirat semata,
melainkan juga agama untuk peradaban umat manusia secara menyeluruh, yang
mengandalkan kekuatan akal-budi untuk menghasilkan berbagai jenis ilmu
pengetahuan. Islam mengajarkan tentang perlunya manusia mempergunakan akal
kecerdasan untuk meraih kemajuan baik di dunia maupun di akhirat dengan
berlandaskan ilmu pengetahuan. Nabi bersabda;
Artinya:
“Barang siapa menghendaki hidup duniawi, haruslah dengan ilmu; dan
barangsiapa menghendaki hidup ukhrawi haruslah dengan ilmu; barangsiapa
menghendaki keduanya haruslah dengan ilmu”
Dengan demikian jelaslah bahwa semua bidang pekerjaan,
profesi, dan keahlian, manusia wajib memperjuangkan demi kemajuan masing-masing
bidang sesuai yang digelutinya, yang bertolak dari disiplin ilmu masing-masing.
Demikian ini merupakan hakikat hidup di dunia, tanpa ilmu pengetahuan seseorang
tidak akan dapat memperoleh puncak keberhasilan.
0 comments:
Posting Komentar